Friday, June 7, 2013

Elementary, My Dear Sherlock Holmes(es) - Part 1

I've been wanting to blog about this since a long time ago. So, what is this post about?
Sesuai dengan judulnya, saya akan membahas tentang detektif paling keren sejagad raya alam semesta tata surya (apasih -_-)... SHERLOCK HOLMES!
 

Ya, saya cinta mentok sama detektif yang satu ini. Sayang banget dia itu cuma tokoh fiksi karangan Sir Arthur Conan Doyle. Kabarnya, dalam mendeskripsikan karakter Holmes, Opa Doyle terinspirasi oleh beberapa orang yang ia kenal, seperti Joseph Bell--seorang dosen kedokteran yang suka mengambil kesimpulan akhir dari pengamatannya terhadap hal-hal kecil--dan Henry Littlejohn--seorang dokter bedah yang pernah bekerja dalam kasus kriminal. Nah, Opa Doyle menggabungkan kedua karakteristik dari dua orang itu dan... bam! Jadilah Sherlock Holmes :D

Sherlock Holmes menyebut dirinya sebagai seorang consulting detective di London. Apa itu consulting detective? Detektif yang dikonsultasikan atau dimintai bantuan dalam suatu kasus ketika kasus itu sangat sulit dipecahkan atau sudah berada di luar batas kemampuan polisi atau detektif lain. Holmes sering memecahkan kasus dengan analisis dan deduksinya yang luar biasa keren. Dalam petualangannya, Holmes ditemani oleh partner-nya Dr. John Watson yang tinggal bersamanya di 221B Baker Street, London. Holmes punya kakak, Mycroft Holmes, seorang pejabat pemerintahan.

Nah, itu tadi cuma segelintir tentang Sherlock Holmes. Kalau mau tahu lebih banyak, mari baca novelnya (sebagian besar menggunakan sudut pandang Dr. Watson) :D
Kita bahas tentang judul posting ini sebentar ya... Sebenarnya, kalimat itu berbunyi "Elementary, my dear Watson", sebuah catchphrase terkenal yang sering banget muncul kalau kita lagi bahas Sherlock Holmes. Tapi... Ada tapinya lho. Catchphrase ini nggak pernah benar-benar diungkapkan oleh Holmes. Cari deh tuh di semua novelnya, nggak ada kata-kata seperti ini. Memang sih, Holmes pernah bilang "elementary" dan memanggil Watson dengan "my dear Watson", tapi ini cuma spekulasi dari fans-nya aja walaupun sudah melanglangbuana.

Sherlock Holmes illustration by Sidney Paget (source)

Kecintaan saya pada detektif bermula dari komik Detektif Conan. Siapa coba yang nggak tahu Conan? Conan Edogawa garis miring Shinichi Kudo loh ya, bukan Conan the Barbarian. Jadi, waktu masih kelas 1 SD dulu di Pontianak, saya nonton animenya DC. Terus pas ke toko buku ada komiknya, saya beli deh tuh (ya, saya sudah jadi pecinta komik sejak kecil, thanks to my Mom :D) tapi komik Conan pertama yang saya beli itu nomor 9 karena nggak ada yang nomor 1. Akhirnya sama Mama dibeliin deh tuh 1-8, ngeborong gitu. Dan begitulah, saya terus beli Conan, mengoleksinya, sampai sekarang udah kuliah semester dua masih belum selesai komiknya. Buat Aoyama-sensei, pokoknya ending komik ini harus mantap tap tap, biar yang long time fan kayak saya bisa terharu biru bacanya dan nggak merasa 'percuma' udah koleksi banyak. Sejak baca Conan, saya jadi suka banget sama hal-hal berbau detektif. Bahkan, saya pengen ikut-ikutan jadi detektif.

Lho katanya mau bahas Sherlock Holmes, kok jadi melenceng ke Conan?
Eits, jangan salah. Di kehidupan saya, ngomongin Sherlock Holmes tanpa menyinggung Conan itu namanya pengkhianatan. Komik Conan-lah yang mengenalkan saya pada tokoh detektif legendaris itu. Di abad modern seperti ini, saya tahu dari mana lagi coba tentang Sherlock Holmes yang terkenal banget di tahun 1800-an? Dulu saya cuma demen sama komik, mana pernah nyentuh novel, apalagi novel 'berat'. Wajarlah, namanya juga anak kecil, senengnya kan lihat gambar. Tapi tokoh Conan a.k.a Shinichi di sini sangat amat mengidolakan tokoh detektif lain bernama Sherlock Holmes. Karena nama Holmes (dan Hercule Poirot juga) lumayan sering disebut di komik itu, saya search deh di Google. Bla, bla, bla, udah dapat banyak tuh informasi tentang Holmes, tapi masih belum tergerak untuk baca novelnya. Novel pertama yang saya baca adalah Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata, itu pun karena dibeliin Papa. Setelah Laskar Pelangi, saya malah mulai menjamah teenlit, instead of reading Sherlock Holmes stories karena saya yakin ceritanya berat banget.

Dan dua tahun kemudian, tahun pertama saya di SMA, muncul film Sherlock Holmes yang disutradarai Guy Ritchie. Saya yang sudah lama 'melupakan' Holmes, langsung super duper happy pas tahu tentang film ini. Saya langsung mikir "Tau aja nih Hollywood kalau saya males baca novelnya." Apalagi, yang jadi Sherlock Holmes itu si Tony Stark a.k.a Iron Man! How could I miss this movie? Hahaha. Akhirnya cussss deh nonton sama temen-temen. Reaksi saya? "SUMPAH KEREN BANGET AAAA SHERLOCK HOLMES I LOVE YOUUU!" Ya tapi saya nggak teriak-teriak kayak gitu di bioskop, aje gile -_- itu suara hati saya yang lega karena akhirnya bisa menyaksikan seperti apa Sherlock Holmes yang diidolakan Shinichi Kudo itu tanpa harus baca novelnya, sekaligus awal mula kegilaan saya terhadap detektif yang satu ini.

The many faces of Sherlock Holmes. Jonny Lee Miller belum masuk sini karena masih baru :)

Orang-orang yang lahir tahun 1900-an mungkin jarang atau bahkan tidak pernah mendengar nama Sherlock Holmes sebelumnya, kecuali para penggila novel detektif atau misteri. Padahal banyak adaptasi Sherlock Holmes, mulai dari serial TV sampai film, tapi kemunculan film Guy Ritchie inilah yang membuat orang-orang tahu tentang Sherlock Holmes. Thank you Guy Ritchie, thank you Robert Downey, Jr., thank you cast and crew! Setelah film ini muncul, novel-novel Sherlock Holmes pun dicetak ulang dengan cover baru, dan akhirnya saya beli novelnya! Hahaha. Semakin tua ternyata saya semakin suka sama yang berat-berat begini, mulai dari novel sampai film. Yay me!

Selain itu, muncul juga berbagai adaptasi Sherlock Holmes yang lain, banyak banget deh, tapi yang paling berpengaruh ke saya (juga mungkin sebagian besar orang di dunia ini, ceileeehhh) adalah serial TV BBC berjudul Sherlock, tapi latarnya jaman modern. Sherlock Holmes di sini diperankan oleh Benedict Cumberbatch. Sekitar dua tahun setelah kemunculan Sherlock, ada juga serial TV tentang Sherlock Holmes berjudul Elementary, dibintangi Jonny Lee Miller sebagai Sherlock Holmes. Sama seperti Sherlock, Elementary berlatar jaman modern, tapi di Amerika, bukan di Inggris. Ya iyalah, yang buat kan Amerika :D

Jadi, inti posting ini apa?
Oh iya, posting ini akan dibagi ke beberapa part (mudah-mudahan cuma 2 ya). Part 1 ini cuma prolog, introducing, opening, atau apalah itu istilahnya, terhadap Sherlock Holmes. Atau lebih tepatnya, kenapa saya bisa sampai tergila-gila dengan Sherlock Holmes. Maunya biar jadi paragraf sebab-akibat gitu, tapi ini aja sudah panjang, jadi saya pisah deh.
Intinya, saya mau bahas, cerita-cerita, dan mengeluarkan pendapat saya terhadap tiga adaptasi Sherlock Holmes yang paling baru/yang saya ikuti/yang saya sudah sebut di atas -- dua film Sherlock Holmes-nya Guy Ritchie, Sherlock-nya BBC, dan Elementary-nya CBS. Tidak, saya tidak membandingkan ketiga adaptasi ini. I love all of them, how can I compare them? Saya cuma mau ngoceh aja tentang mereka. Oke? Oke.

To be continued to Part 2~

Pics were taken from Google.